Sunday, September 22, 2013

Katanya Jepang Dulu Terbelakang, dan Sekarang Maju!


     
  Kalau dibilang Jepang rada terbelakang beberapa dekade sebelumnya, maka saya sedikit kurang setuju. Itu menurut saya… kenapa?? Ya karena Jepang lebih tepat disebut sebagai Negara Tertutup atau Isolated Country… Ketertutupan Jepang pada dunia luar, terutama disebabkan pemerintahan sipil Shogunate yang bersifat tangan besi dan Otoriter. Para Shogun ini berkuasa di Jepang selama hampir 1000 tahun (1192-1867). Para Shogun ini biasanya berasal dari klan keluarga (Daimyo) yang mempunyai pengaruh dan mengontrol suatu daerah. Klan-klan keluarga dengan Shogun sebagai pemimpin perangnya saling berebut kekuasaan di Jepang. Sedangkan Kaisar “diasingkan” dengan diberi hak hanya sebagai pemimpin negara saja. Selama hampir 1000 tahun itu mereka berkuasa secara otoriter dan bisa disebut sebagai semacam diktator tradisional. Ya…sistem ke-diktator-an asli buatan Jepang. Shogun pertama dengan kekuasaan penuh adalah Minamoto no Yoshinaka dari clan Yoritomo (1192). Dia diberi gelar oleh kaisar Jepang sebagai Sei-i-Tai Shogun yang artinya kira-kira “Jenderal Besar yang Mengalahkan Barbar di Timur”. Barbar yang dimaksud disini adalah suku asli Ainu yang mendiami sisi Timur Jepang.

       Nah, selama 1000 tahun pemerintahan Shogun yang otoriter, gaya militer dan konservatif ini membuat karakter dan sifat alami rakyat Jepang adalah tunduk (manut) kepada pemimpinnya dan menjunjung tinggi harga diri seperti sifat seorang prajurit sejati.
Selama 1000 tahun pemerintahan Shogun sampai tahun 1543, Jepang sudah solid di bawah pemerintahan beberapa shogun dari beberapa Daimyo. Disini Jepang TIDAK terbelakang. Kebudayaannya menyerap budaya dari beberapa daerah disekitarnya semisal teknik cetak-mencetak dan tulisan dari “saudara”nya di Cina. Sampai tahun 1543, ketika kapal-kapal Portugis pertama kali mendarat di Jepang, Portugis tidak menemukan suatu pulau dengan penduduknya yang tanpa pemerintahan kuat seperti di Kepulauan Nusantara. Pemerintahan Shogun yang otoriter serta semangat penduduknya yang tidak kenal menyerah (semangat prajurit atau Bushido) malah membatasi ruang gerak pedagang Portugis di Jepang.

       Dibawah Shogun Toyotomi Hideyoshi (1568-1600), Jepang malah disatukan. Pada tahun 1598 malahan Jepang membuat Aksi Militer-nya yang pertama dengan pertama-tama meng-invansi semenanjung Korea, sebagian China dan bhakan sampai ke India. Jadi Korea sudah menjadi musuh “alami” Jepang sejak dulu dan ini bukti bahwa Jepang BUKAN terbelakang. Karena untuk melaksanakan kampanye Militer sekelas penyerbuan ke Korea, China dan bahkan India pasti mereka sudah mempunyai teknologi navigasi, kelautan dan teknologi militer yang baik.

       Jepang lalu secara sistematis meng-isolasi dirinya ketika waktu itu perkembangan kekuatan barat dan laju misionaris Kristen di tanah Jepang makin signifikan. Pada tahun 1637-1638 (pada masa Edo) Shogun memerintahkan pembantaian pedagang-pedagang barat dan misionaris serta pemeluk Kristen di seluruh Jepang. Ini makin membuat Jepang makin terisolasi dengan menutup dirinya dari pengaruh luar.

   Tekanan-tekanan dari Barat saat itu menuntut Jepang dibuka untuk perdagangan. Comodor Matthew Perry dari AS akhirnya sedikit memaksa pemerintahan Shogun. Ia dengan 4 kapal perangnya (1853) memasuki Edo (Tokyo dulu) dan dengan sedikit “Show Off” kekuatan militernya. ia mengarahkan semua meriam kapalnya ke arah Edo, hal ini terpaksa memaksa pemerintahan Shogun untuk menandatangani pakta perdagangan dengan Barat. Jadi untuk pertama kalinya dalam sejarah (sebelum PD II) kapal-kapal perang AS mengancam dan mengarahkan meriamnya ke Tokyo ya..pada saat membuka isolasi Jepang tersebut oleh Perry.

      Dari sini kemudian isolasi Jepang dibuka dan dari sini pula rakyat Jepang melihat dan menerima peradaban Barat secara luas. Shogunate menjadi tidak laku karena dianggap terlalu feodal dan kuno. Seorang kaisar Jepang yang cerdik (menurut saya) dan cepat tanggap mempelajari keadaan yang berubah cepat di negerinya segera membuat adaptasi besar-besaran. Ia me-modernisasi semua struktur negara Jepang. Feodalisme gaya Shogun yang mulai tidak laku dihapuskan dan kekuasaan kembali ke tangan Kaisar sebagai kepala negara dan pemerintahan. Pemerintahan Shogunate diakhiri pada tahun 1868 dengan menyita semua tanah milik Shogun dan secara resmi dibuatkan undang-undang yang menghapuskan sistem Shogunate, Daimyo dan Samurai ini (1871). Gerakan “Kembali ke Kaisar” ini sudah muncul sedari tahun 1863, gerakan “Bebaskan Kaisar dan Buang Barbarian” muncul untuk mengembalikan kembali fungsi penuh seorang Kaisar Jepang. Kaisar Jepang yang cerdik ini bernama Meiji (masa pemerintahan 1868-1912.

      Meiji secara cerdik memodernisasi negaranya dengan mengadopsi secara besar-besaran seluruh sistem dari institusi-institusi barat, budaya dan sistem kenegaraan. Semua model kenegaraan, institusi negara, pajak, Land reform, budaya, pakaian dan lainnya ditiru dari barat. Terlebih yang paling penting adalah pembangunan angkatan perang modern. Pada awalnya (1872-1889) Meiji meniru model tentara Perancis karena trainer-trainer dan konsultan militernya didatangkan dari Perancis. Setelah Perancis kalah dari Prussia (Jerman) dalam perang Perancis-Jerman (1870-1871), Jepang segera menjalin hubungan militer dan kerjasama pembentukan tentara Jepang Modern bersama Kekasisaran Prussia (Jerman), yang memang terkenal kuat dalam kemiliteran.

      Nah, sekali lagi Jepang TIDAK BISA dibilang terbelakang, dari paparan diatas terlihat bahwa JEPANG SUDAH MEMILIKI TEKNOLOGI YANG BERARTI bahkan ketika Perang Dunia II masih jauh didepan. Semua teknologi ini diserap dan dipelajari (dari bangsa Barat) oleh bangsa Jepang yang terkenal mempunyai harga diri tinggi dan semangat tidak kenal menyerah. Menurut saya, cara Jepang yang mengadopsi budaya barat secara besar-besaran ini membuatnya sebagai negara yang maju dan melesat jauh dibidang teknologi. Jauh meninggalkan Asia khususnya China dan bahkan Russia sebagai “tetangga” Eropanya.

       Efek dari modernisasi yang dilakukan Meiji adalah majunya Jepang sebagai suatu negara. Maka sesuai hukum Industrialisasi, majunya Industrialisasi di suatu negara perlu didukung dengan ketersediaan bahan mentah. Anggapan seperti inilah yang dimanfaatkan oleh petinggi-petinggi militer Jepang. Sikap Bushido dan karakter bangsa yang keras dan penurut pada pemimpinnya (akibat 1000 tahun diperintah oleh Shogun yang memang militer) membuat rakyat Jepang terjerumus pada Fasisme. Apalagi toh keadaan Jepang waktu itu makmur dan maju (sekali lagi bukan terbelakang), sehingga ada kepercayaan diri yang besar akan keberhasilan sebagai suatu bangsa. Secara khusus pada tahun 1890-an Angkatan Perang Kekaisaran Jepang merupakan Angkatan Perang PALING MODERN, PALING TERLATIH, PALING LENGKAP PERALATANNYA dan PALING BAIK MORALNYA (kebanggaan dan semangat Bushido) di seluruh daratan Asia.

     Agresifitas Militer Jepang sudah keliatan ketika dengan angkatan perang modern-nya, Jepang mulai mengganggu Kekaisaran Ching di China yang memang lemah dan korup. Perang China-Jepang (1894-1895) ini memperebutkan kontrol atas Semenanjung Korea. Pada September 1905 Jepang bahkan menang atas Russia, dalam perang memperebutkan pengaruh atas Manchuria dan Korea. Atas kemenangannya ini Jepang sudah bisa membuktikan bahwa angkatan perangnya DAPAT mengalahkan kekuatan Barat. Segera setelah ini, Manchuria dan Korea menjadi jajahan Jepang.

     Jadi… negara Jepang tidak bisa dibilang terbelakang dan sebelum PD II, SEBALIKNYA, kekuatan militer mereka bahkan mengancam negara-nagara tetangga-nya di Asia Timur. Eskalasi atau puncak dari kekuatan dan rasa percaya diri Angkatan Perang Jepang… ya justru di Perang Dunia II. Mereka dengan yakin membokong Amerika di Pearl Harbour. Kekuatan militernya bukan tiba-tiba begitu saja muncul, tetapi sudah dibangun sejak dulu dan menjadi semakin kuat, puncaknya … ya pada Perang Dunia II itu.

Resep Jitu mengapa orang Jepang bisa Maju…


         Terima kasih buat Pak Gatot yang telah menyempatkan diri berbagi dengan kita semua, izinkan saya mengutip email beliau yang menurut saya akan sangat berguna apabila diterapkan dalam kehidupan kita (tentunya yang positif).
Kita tidak perlu malu meniru bangsa lain, dari 10 point yang ada, kalau kita simak bersama sebenarnya sudah ada dalam diri bangsa kita hanya saat ini tanpa kita sadari sedang tenggelam oleh keangkuhan dan keserakahan (kebalikan dari 10 point tersebut).
Skali lagi terima kasih buat pak Gatot atas sharing pengetahuannya.
Berikut 10 resep maju yang patut kita contoh dari perilaku orang Jepang, dan 10 point yang sudah hilang dari bangsa ini;



1. KERJA KERAS
        Sudah menjadi rahasia umum bahwa bangsa Jepang adalah pekerja keras. Rata-rata jam kerja pegawai di Jepang adalah 2450 jam/tahun, sangat tinggi dibandingkan dengan Amerika (1957 jam/tahun), Inggris (1911 jam/tahun), Jerman (1870 jam/tahun), dan Perancis (1680 jam/tahun).
         Seorang pegawai di Jepang bisa menghasilkan sebuah mobil dalam 9 hari, sedangkan pegawai di negara lain memerlukan 47 hari untuk membuat mobil yang bernilai sama. Seorang pekerja Jepang boleh dikatakan bisa melakukan pekerjaan yang biasanya dikerjakan oleh 5-6 orang. Pulang cepat adalah sesuatu yang boleh dikatakan “agak memalukan” di Jepang, dan menandakan bahwa pegawai tersebut termasuk “yang tidak dibutuhkan” oleh perusahaan. Di kampus, professor juga biasa pulang malam (tepatnya pagi ), membuat mahasiswa nggak enak pulang duluan. Fenomena Karoshi (mati karena kerja keras) mungkin hanya ada di Jepang. Sebagian besar literatur menyebutkan bahwa dengan kerja keras inilah sebenarnya kebangkitan dan kemakmuran Jepang bisa tercapai.

2. MALU
      Malu adalah budaya leluhur dan turun temurun bangsa Jepang. Harakiri (bunuh diri dengan menusukkan pisau ke perut) menjadi ritual sejak era samurai, yaitu ketika mereka kalah dan pertempuran. Masuk ke dunia modern, wacananya sedikit berubah ke fenomena “mengundurkan diri” bagi para pejabat (mentri, politikus, dsb) yang terlibat masalah korupsi atau merasa gagal menjalankan tugasnya. Efek negatifnya mungkin adalah anak-anak SD, SMP yang kadang bunuh diri, karena nilainya jelek atau tidak naik kelas.
Karena malu jugalah, orang Jepang lebih senang memilih jalan memutar daripada mengganggu pengemudi di belakangnya dengan memotong jalur di tengah jalan. Bagaimana mereka secara otomatis langsung membentuk antrian dalam setiap keadaan yang membutuhkan, pembelian ticket kereta, masuk ke stadion untuk nonton sepak bola, di halte bus, bahkan untuk memakai toilet umum di stasiun-stasiun, mereka berjajar rapi menunggu giliran. Mereka malu terhadap lingkungannya apabila mereka melanggar peraturan ataupun norma yang sudah menjadi kesepakatan umum.

3. HIDUP HEMAT
      Orang Jepang memiliki semangat hidup hemat dalam keseharian. Sikap anti konsumerisme berlebihan ini nampak dalam berbagai bidang kehidupan. Di masa awal mulai kehidupan di Jepang, saya sempat terheran-heran dengan banyaknya orang Jepang ramai belanja di supermarket pada sekitar jam 19:30. Selidik punya selidik, ternyata sudah menjadi hal yang biasa bahwa supermarket di Jepang akan memotong harga sampai separuhnya pada waktu sekitar setengah jam sebelum tutup. Seperti diketahui bahwa Supermarket di Jepang rata-rata tutup pada pukul 20:00.
        Contoh lain adalah para ibu rumah tangga yang rela naik sepeda menuju toko sayur agak jauh dari rumah, hanya karena lebih murah 20 atau 30 yen. Banyak keluarga Jepang yang tidak memiliki mobil, bukan karena tidak mampu, tapi karena lebih hemat menggunakan bus dan kereta untuk bepergian. Termasuk saya dulu sempat berpikir kenapa pemanas ruangan menggunakan minyak tanah yang merepotkan masih digandrungi, padahal sudah cukup dengan AC yang ada mode dingin dan panas. Alasannya ternyata satu, minyak tanah lebih murah daripada listrik. Professor Jepang juga terbiasa naik sepeda tua ke kampus, bareng dengan mahasiswa-mahasiswa nya.

4. LOYALITAS
       Loyalitas membuat sistem karir di sebuah perusahaan berjalan dan tertata dengan rapi. Sedikit berbeda dengan sistem di Amerika dan Eropa, sangat jarang orang Jepang yang berpindah-pindah pekerjaan. Mereka biasanya bertahan di satu atau dua perusahaan sampai pensiun. Ini mungkin implikasi dari Industri di Jepang yang kebanyakan hanya mau menerima fresh graduate, yang kemudian mereka latih dan didik sendiri sesuai dengan bidang garapan (core business) perusahaan. Kota Hofu mungkin sebuah contoh nyata. Hofu dulunya adalah kota industri yang sangat tertinggal dengan penduduk yang terlalu padat. Loyalitas penduduk untuk tetap bertahan (tidak pergi ke luar kota) dan punya komitmen bersama untuk bekerja keras siang dan malam akhirnya mengubah Hofu menjadi kota makmur dan modern. Bahkan saat ini kota industri terbaik dengan produksi kendaraan mencapai 160.000 per tahun.

5. INOVASI
       Jepang bukan bangsa penemu, tapi orang Jepang mempunyai kelebihan dalam meracik temuan orang dan kemudian memasarkannya dalam bentuk yang diminati oleh masyarakat. Menarik membaca kisah Akio Morita yang mengembangkan Sony Walkman yang melegenda itu. Cassete Tape tidak ditemukan oleh Sony, patennya dimiliki oleh perusahaan Phillip Electronics. Tapi yang berhasil mengembangkan dan membundling model portable sebagai sebuah produk yang booming selama puluhan tahun adalah Akio Morita, founder dan CEO Sony pada masa itu. Sampai tahun 1995, tercatat lebih dari 300 model walkman lahir dan jumlah total produksi mencapai 150 juta produk. Teknik perakitan kendaraan roda empat juga bukan diciptakan orang Jepang, patennya dimiliki orang Amerika. Tapi ternyata Jepang dengan inovasinya bisa mengembangkan industri perakitan kendaraan yang lebih cepat dan murah. Mobil yang dihasilkan juga relatif lebih murah, ringan, mudah dikendarai, mudah dirawat dan lebih hemat bahan bakar.
        Perusahaan Matsushita Electric yang dulu terkenal dengan sebutan “maneshita” (peniru) punya legenda sendiri dengan mesin pembuat rotinya. Inovasi dan ide dari seorang engineernya bernama Ikuko Tanaka yang berinisiatif untuk meniru teknik pembuatan roti dari cheef di Osaka International Hotel, menghasilkan karya mesin pembuat roti (home bakery) bermerk Matsushita yang terkenal itu.

6. PANTANG MENYERAH
       Sejarah membuktikan bahwa Jepang termasuk bangsa yang tahan banting dan pantang menyerah. Puluhan tahun dibawah kekaisaran Tokugawa yang menutup semua akses ke luar negeri, Jepang sangat tertinggal dalam teknologi. Ketika restorasi Meiji (meiji ishin) datang, bangsa Jepang cepat beradaptasi dan menjadi fast-learner. Kemiskinan sumber daya alam juga tidak membuat Jepang menyerah. Tidak hanya menjadi pengimpor minyak bumi, batubara, biji besi dan kayu, bahkan 85% sumber energi Jepang berasal dari negara lain termasuk Indonesia. Kabarnya kalau Indonesia menghentikan pasokan minyak bumi, maka 30% wilayah Jepang akan gelap gulita
     Rentetan bencana terjadi di tahun 1945, dimulai dari bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, disusul dengan kalah perangnya Jepang, dan ditambahi dengan adanya gempa bumi besar di Tokyo. Ternyata Jepang tidak habis. Dalam beberapa tahun berikutnya Jepang sudah berhasil membangun industri otomotif dan bahkan juga kereta cepat (shinkansen) . Mungkin cukup menakjubkan bagaimana Matsushita Konosuke yang usahanya hancur dan hampir tersingkir dari bisnis peralatan elektronik di tahun 1945 masih mampu merangkak, mulai dari nol untuk membangun industri sehingga menjadi kerajaan bisnis di era kekinian. Akio Morita juga awalnya menjadi tertawaan orang ketika menawarkan produk Cassete Tapenya yang mungil ke berbagai negara lain. Tapi akhirnya melegenda dengan Sony Walkman-nya. Yang juga cukup unik bahwa ilmu dan teori dimana orang harus belajar dari kegagalan ini mulai diformulasikan di Jepang dengan nama shippaigaku (ilmu kegagalan). Kapan-kapan saya akan kupas lebih jauh tentang ini

7. BUDAYA BACA
         Jangan kaget kalau anda datang ke Jepang dan masuk ke densha (kereta listrik), sebagian besar penumpangnya baik anak-anak maupun dewasa sedang membaca buku atau koran. Tidak peduli duduk atau berdiri, banyak yang memanfaatkan waktu di densha untuk membaca. Banyak penerbit yang mulai membuat man-ga (komik bergambar) untuk materi-materi kurikulum sekolah baik SD, SMP maupun SMA. Pelajaran Sejarah, Biologi, Bahasa, dsb disajikan dengan menarik yang membuat minat baca masyarakat semakin tinggi. Saya pernah membahas masalah komik pendidikan di blog ini. Budaya baca orang Jepang juga didukung oleh kecepatan dalam proses penerjemahan buku-buku asing (bahasa inggris, perancis, jerman, dsb). Konon kabarnya legenda penerjemahan buku-buku asing sudah dimulai pada tahun 1684, seiring dibangunnya institut penerjemahan dan terus berkembang sampai jaman modern. Biasanya terjemahan buku bahasa Jepang sudah tersedia dalam beberapa minggu sejak buku asingnya diterbitkan. Saya biasa membeli buku literatur terjemahan bahasa Jepang karena harganya lebih murah daripada buku asli (bahasa inggris).

8. KERJASAMA KELOMPOK
         Budaya di Jepang tidak terlalu mengakomodasi kerja-kerja yang terlalu bersifat individualistik. Termasuk klaim hasil pekerjaan, biasanya ditujukan untuk tim atau kelompok tersebut. Fenomena ini tidak hanya di dunia kerja, kondisi kampus dengan lab penelitiannya juga seperti itu, mengerjakan tugas mata kuliah biasanya juga dalam bentuk kelompok. Kerja dalam kelompok mungkin salah satu kekuatan terbesar orang Jepang. Ada anekdot bahwa “1 orang professor Jepang akan kalah dengan satu orang professor Amerika, hanya 10 orang professor Amerika tidak akan bisa mengalahkan 10 orang professor Jepang yang berkelompok”. Musyawarah mufakat atau sering disebut dengan “rin-gi” adalah ritual dalam kelompok. Keputusan strategis harus dibicarakan dalam “rin-gi”.

9. MANDIRI
      Sejak usia dini anak-anak dilatih untuk mandiri. Irsyad, anak saya yang paling gede sempat merasakan masuk TK (Yochien) di Jepang. Dia harus membawa 3 tas besar berisi pakaian ganti, bento (bungkusan makan siang), sepatu ganti, buku-buku, handuk dan sebotol besar minuman yang menggantung di lehernya. Di Yochien setiap anak dilatih untuk membawa perlengkapan sendiri, dan bertanggung jawab terhadap barang miliknya sendiri. Lepas SMA dan masuk bangku kuliah hampir sebagian besar tidak meminta biaya kepada orang tua. Teman-temen seangkatan saya dulu di Saitama University mengandalkan kerja part time untuk biaya sekolah dan kehidupan sehari-hari. Kalaupun kehabisan uang, mereka “meminjam” uang ke orang tua yang itu nanti mereka kembalikan di bulan berikutnya.

10. JAGA TRADISI
       Perkembangan teknologi dan ekonomi, tidak membuat bangsa Jepang kehilangan tradisi dan budayanya. Budaya perempuan yang sudah menikah untuk tidak bekerja masih ada dan hidup sampai saat ini. Budaya minta maaf masih menjadi reflek orang Jepang. Kalau suatu hari anda naik sepeda di Jepang dan menabrak pejalan kaki , maka jangan kaget kalau yang kita tabrak malah yang minta maaf duluan. Sampai saat ini orang Jepang relatif menghindari berkata “tidak” untuk apabila mendapat tawaran dari orang lain. Jadi kita harus hati-hati dalam pergaulan dengan orang Jepang karena ”hai” belum tentu “ya” bagi orang Jepang. Pertanian merupakan tradisi leluhur dan aset penting di Jepang. Persaingan keras karena masuknya beras Thailand dan Amerika yang murah, tidak menyurutkan langkah pemerintah Jepang untuk melindungi para petaninya. Kabarnya tanah yang dijadikan lahan pertanian mendapatkan pengurangan pajak yang signifikan, termasuk beberapa insentif lain untuk orang-orang yang masih bertahan di dunia pertanian. Pertanian Jepang merupakan salah satu yang tertinggi di dunia.
        Mungkin seperti itu 10 resep sukses yang bisa dirangkum. Bangsa Indonesia punya hampir semua resep orang Jepang diatas, hanya mungkin kita belum mengasahnya dengan baik. Di Jepang mahasiswa Indonesia termasuk yang unggul dan bahkan mengalahkan mahasiswa Jepang. Orang Indonesia juga memenangkan berbagai award berlevel internasional. Kita yakin ada faktor “non-teknis” yang membuat Indonesia agak terpuruk dalam teknologi dan ekonomi. Mari kita bersama mencari solusi untuk berbagai permasalahan republik ini. Dan terakhir kita harus tetap mau belajar dan menerima kebaikan dari siapapun juga.
Tetap dalam perdjoeangan !

0 komentar:

Post a Comment