Pengkaderan adalah sebuah sistem yang terdiri dari beberapa tahapan untuk
menanamkan nilai moral dan peningkatan sumber daya manusia disuatu organisasi
guna mencapai tujuan bersama, dalam hal ini lembaga yang dimaksud BEM khususnya
dan HMJ umumnya. Sedangkan SDM disini ialah maba fkip untan. Akan tetapi
problemnya terletak pada para senior yang kurang memahami arti pengkaderan.
Arti pengkaderan adalah mengkader mahasiswa menjadi “mahasiswa seutuhnya.”
Mahasiswa yang cerdas secara akademis, juga secara organisatoris. Kita tak bisa
menyalahkan langsung para seniornya (kasus) yang tidak memahami hakekat ini. Semua
ini bermula dari paradigma yang terbangun di benak sang senior. Jika seniornya
seorang aktivis, maka tentunya para maba akan diarahkannya menjadi aktivis
mahasiswa yang cerdas, kritis dan kreatif. Pun demikian, sebaliknya dengan
mahasiswa yang kerjaannya hanya “ngerjain” anaknya orang.
MATERI DALAM MEWUJUDKAN
PENGKADERAN YANG BAIK
Materi (keterampilan
hidup), hal ini sudah dilaksanakan oleh Simpul Madani bekerjasama dengan Unhas
di Gedung Pertemuan Ilmiah (GPI). Fokus yang dibangun di situ adalah
pengkaderan berbasiskan kesadaran. Karena awal yang perlu ditanamkan di benak
maba adalah kesadaran pengenalan diri.Setelah itu dilanjutkan dengan membuat planning ke
depan secara sistematis.Materi ini lebih
efektif daripada bentakan dan cemoohan yang tidak jelas. Bagaimana mungkin bisa
jadi intelegensia kalau moralitas saja lemah. Makanya sang senior juga perlu
memberikan taudalan yang baik bagi bawahannya.
Selain materi keterampilan hidup, juga perlu
diperkenalkan organisasi. Sampai hari ini, maba juga harus dirangsang “syahwat”
organisasinya. Jangan sampai hanya mentok pada bangku kuliah saja. Tentu beda
seorang mahasiswa yang cerdas-organisatoris dengan pasifis.Selain itu, juga
perlu ditambahkan materi games yang merangsang maba untuk kreatif.
Materi ini bisa diperoleh dari lembaga training. Secara psikologis, maba akan
terangsang jiwa belajarnya jika ia dalam keadaan fun.
Setelah itu, keteladanan dari senior. Senior
yang baik adalah yang membimbing mabanya menjadi baik. Ia seperti seorang guru
yang membantu sang murid mencapai cita-citanya. Seorang guru yang ikhlas
berbakti akan senang jika muridnya berhasil di
Kemudian hari. Masalahnya
memang, masih ada beberapa kasus dilapangan yang para senior main hakim
sendiri. Maba dibuat seperti mainan yang bisa diapakan saja. Lebih parahnya,
jika”pengkaderan” ini sudah mengarah pada pemukulan fisik. Ini banyak terjadi.
Mungkin karena emosi dari sang senior, ataukah karena mabanya yang salah.
TUJUAN PENGKADERAN
1.Meningkatkan
ketakwaan kepada Tuhan yang Maha Esa.
Jangan dianggap sekedar
sbg formalitas. Peningkatan ketakwaan adalah bangunan dasar untuk membangun
peran fungsi sbg mahasiwa.
2.Meningkatkan rasa
bangga terhadap almamater dan tanah air.
Ini penting untuk
membentuk arogansi produktif yang menjadi modal untuk bersedia proaktif
menghilangkan cela, membangun prestasi dan reputasi fenomenal dari almamater
dan juga tanah air.
3.Membina kebersamaan,
solidaritas dan kekeluargaan di antara maba dan warga.
Ndak enak banget rasanya klo kampus hanya jadi
tempat untuk ndapetin materi dari dosen, guyon ama beberapa orang, habis gitu
pulang. Kampus sungguh akan jadi tempat yang lebih nyaman dengan adanya
keakraban antar dosen mahasiswa dan juga karyawan.
4.Menumbuhkembangkan
sikap peka, peduli dan solutif.
Ini semua adalah sikap yang perlu ditujukan
kepada sesama rekan satu angkatan dan juga seluruh civitas yang ada. Kampus
adalah salah satu tempat pembelajaran terlama kita, sehingga amatlah layak bagi
kita untuk menjalaninya dengan penuh saling peduli sebagaimana layaknya sebuah
keluarga.
RANCANGAN DALAM
PENGKADERAN
Secara garis besar proses kaderisasi terdiri
dari kaderisasi awal dan kaderisasi berkelanjutan.
Kaderisasi awal: yaitu proses pengkaderan oleh pengururs kepada calon pengurus organisasi.
Kaderisasi lanjut: yaitu proses pengawasan mantan pengurus pada pengurus organisasi yang sedang menjabat.
Kaderisasi awal: yaitu proses pengkaderan oleh pengururs kepada calon pengurus organisasi.
Kaderisasi lanjut: yaitu proses pengawasan mantan pengurus pada pengurus organisasi yang sedang menjabat.
Sosialisasi ini sangat penting untuk
menumbuhkan minat calon organisator untuk bergabung dengan organisasi kita.
Setelah menumbuhkan minat calon organisator, pengurus melakukan pembinaan
kepada calon organisator secara formal dan informal. Pembinaan formal contohnya
seperti mengadakan pelatihan-pelatihan yang bersifat umum yang bertujuan untuk
membentuk softskill. Sedangkan pembinaan informal contohnya seperti meakukan
pendekatan secara personal dengan tujuan mengakrabkan calon pengurus dengan
pengurus, sehingga mempunyai satu persepsi yang sama. Persepsi yang sama ini
akan memudahkan caon pengurus untuk memahami visi dan misi organisasi itu
sendiri. pembinaan yang baik akan memudahkan proses seleksi
Setelah kaderisasi awal dilakukan,
selanjutnya dilakukan kaderisasi lanjut yaitu upgrading. Seperti proses
pembinaan, upgrading juga dilakukan secara formal dan tidak formal. Secara
formal, pengurus yang baru akan mengikuti pelatihan-pelatihan yang lebih
dikhususkan bagi bidang dan skill mereka masing-masing. Upgrading secara formal
bertujuan untuk mematangkan kinerja pengurus. Selain itu disinilah proses
penggodogan dan pematangan pengurus supaya akhirnya menjadi pengkader-pengkader
baru yang handal. Secara bersamaan, ugrading informal juga dilakukan. Upgrading
secara informal ini perlu dilakukan agar organisasi yang kini
dipertanggungjawabkan oleh pengurus yang baru tidak kehilangan jatidirinya.
0 komentar:
Post a Comment